Skip to main content

Seandainya Aku Bisa terbang

 Teman, Aku ingin bercerita. Di salah satu dahan pohon yang rindang, terdapat sebuah sarang dimana hidup sepasang burung bersama seekor anak mereka yang baru menetas dari telur beberapa hari lalu. 

Sepasang Ayah dan Ibu burung itu nampak berbahagia sekali dengan kehadiran si burung kecil. Setiap pagi, sang ayah pergi mencari cacing untuk makan si burung kecil. Setiap hari, sang ibu menemani si burung kecil di sarang, menghangatkan tubuhnya dan melindunginya dari dinginnya desir angin yang kencang. Si burung kecil pun merasa nyaman dalam dekapan ibunya. Kalau perut terasa lapar, ia tinggal mencicit saja, semua dapat diperolehnya dengan mudah.

Hari berganti hari, tak terasa si burung kecil pun mulai bertambah usianya. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya mulai tumbuh, si burung kecil sudah punya sepasang sayap mungil. Lalu, sang ayah berkata padanya : “Nak, kini sudah saatnya engkau belajar terbang, mengepakkan sayap yang telah Tuhan berikan padamu… Ayah dan Ibu akan mengajarimu terbang”.
Tetapi si burung kecil nampak ketakutan, dia merasa belum mampu untuk terbang dengan sayapnya sendiri. Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana nanti kalau sepasang sayapku ternyata tak bisa dikepakkan? Aku takut jatuh dari ketinggian. Bagaimana nanti kalau aku lapar? Aku harus mencari makanan kemana? Bagaimana…? Si burung kecil pun berkata pada Ayah-Ibunya: “Ayah, Ibu, aku ingin tetap tinggal disarang saja, aku tak mau terbang sendiri, aku takut…”, ucap si burung kecil lirih.
Lalu, sang Ayah burung mendekap tubuh si burung kecil dengan penuh kasih sayang, seraya berkata, “Nak, hilangkan semua kekhawatiran dan ketakutan yang menghantui benakmu itu. Engkau mempunyai sayap untuk terbang kemanapun engkau ingin pergi. Lihatlah dunia di luar sana Anakku, engkau akan bertemu dengan burung-burung lain, engkau akan menjumpai banyak pengalaman hidup yang akan memperkaya dirimu. Jangan pernah engkau risaukan tentang makanan, karena Tuhan telah menyediakan semuanya di alam sana, asalkan engkau mau berusaha menjemputnya Nak”.
Si burung kecil mendengarkan nasehat Ayahnya dengan sungguh-sungguh, dia termenung sesaat, kemudian dengan semangat dia berkata, “Iya Ayah, aku akan belajar terbang sekarang, aku tidak akan takut.” Lalu, si burung kecil mulai mencoba mengepakkan sayapnya perlahan… agak cepat… semakin cepat… dan kemudian… “Aku bisa terbang!”, teriak si burung kecil gembira. Ayah dan ibunya tersenyum bahagia menyaksikan usaha anaknya.
Kini, siburung kecil itu sudah menjelma menjadi seekor burung besar yang gagah. Ia sudah bisa mencari makan sendiri, ia sudah menjalani banyak perjalanan hidup yang menjadikannya mandiri seperti sekarang, bahkan ia sudah menemukan seekor burung betina cantik menjadi pasangannya. Si burung itu bergumam, “semua ini tidak akan aku dapatkan seandainya aku tak mau belajar terbang”
Teman,
Dahulu, kita adalah burung-burung kecil itu, yang sangat bergantung pada ayah dan ibu kita. Namun Teman, mari lihatlah dengan seksama diri kita di cermin saat ini. Kita bukan lagi anak kecil yang masih harus selalu di ‘suapi’ oleh ayah dan ibu seperti dahulu, kita bukan lagi bocah kecil yang harus berdiam diri keenakan menanti ‘subsidi’ rutin setiap bulan masuk ke rekening tabungan kita dari Ayah dan Ibu.
Cobalah Teman, perhatikan sekali lagi sosok pada cermin di hadapanmu itu. Ya Tuhan, ternyata kita sudah dewasa, tak terasa usia sudah merangkak ke angka 24 tahun lebih. Tapi, mengapa diri ini tak ubahnya seperti si burung kecil tadi yang masih ingin terus berdiam di sarang, karena tak mau susah memikirkan harus mencari makan.
Teman, mari sejenak kita layangkan ingatan kita pada Rasulullah SAW yang sudah mandiri sedari Beliau kecil. Malu sekali rasanya diri ini, malu pada kedua orangtua, terlebih lagi malu kepada-Mu Ya Rabb. Teman, Kemanakah perginya taujih Imam Syahid Hasan Al Banna, bahwa salah satu karakter ( muwashaffat ) seorang kader da’wah adalah Qodiirun ‘alal kasbi (mampu mencari nafkah sendiri alias mandiri). Apakah hanya menjadi baris-baris kalimat tak bermakna dalam catatan agenda kita? Semoga tidak.
Teman, Apakah kita tak memperhatikan kedua orangtua kita yang sudah mulai lanjut usia, lihatlah kerutan yang mulai menghiasai wajah mereka, lihatlah tenaga mereka sudah tak sekuat dulu lagi. Lalu, Apakah begini bakti kita terhadap mereka? Kita masih ‘tega’ membiarkan mereka membanting tulang untuk membiayai kuliah dan kebutuhan kita sehari-hari. Teman, padahal sudah saatnya kita menunjukkan pada mereka bahwa kita sudah bisa mandiri seperti si burung kecil tadi.
Teman, mari kepakkan ‘sayap’ mu sekarang juga. Jangan takut dengan kencangnya angin di luar sana, jangan takut dengan ganasnya kehidupan disana. Karena itu akan membawa kita pada sebuah kedewasaan diri akan hakikat hidup sesungguhnya.

“Berapa lamakah kau kan tetap menggelepar menggantung di sayap orang.
Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udara Bebas di taman luas” .
(Muh Iqbal)

Pen : furqan
Sumber : https://m.eramuslim.com/oase-iman/seandainya-aku-bisa-terbang.htm











Comments

Popular posts from this blog

Hiem ureung jameun

1. Nyoe pat na hiem bak loen saboh, Tapham beujroh taboh makna : "Bak jih sibak, boh jih saboh Hantom soe koh siumu donya" ( LANGAI ) 2. Nyoe saboh truek bungong sukon, Saboh panton loen som punca : "Bak jih sibak, on jih si on Meureutoih thon hantom mala" ( AWEUEK ) 3. Allah hai cob jallabia Mandari cob jallabia "Jidong gunc'op jigrop keumang, Mandari cob jallabia" ( JEUE ) 4. Kulat pak di Meulaboh Kulat goh di Keumala "Ureueng toe han meuteumee pajoh Ureueng jeu'oh meuteumeung rasa" ( ANEUK BEUDE ) 5. Innallaha la yastahyi "Awai badab dudoe gaki Oh lheueh gaki timoh jaroe Dalam lueng doe kacra kacri" ( ANEUK ABIEK ) 1. Nyoe na saboh masa,alah Cuba peuglah soe nyan pinta : "Dua nyang tho peut nyang basah Suci hadaih soe nyang bawa " ( TUENG IE SEUMBAHYANG ) 2. " Na saboh kitab 365 on Si on-on dua blaih banja Sibanja-banja lhee ploh boh titek" Soe nyang lisek cuba boh makna ( THON,

Contoh Teks Ceramah dengan Tema GHIBAH

Hesta anggia sari : Contoh Teks Ceramah dengan Tema GHIBAH Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yang Terhormat, Bapak/Ibu dewan juri, serta teman-teman yang berbahagia. Sebelumnya marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt., berkat rahmat dan hidayahnya, kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw., yang kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul qiyyamah, Allahuma Amiin. Baiklah di sini, saya Hesta Anggia Sari dari X.MIA.8 akan menyampaikan ceramah dengan tema perilaku remaja di era global dan dampaknya terhadap ukhuwwah islamiyyah, dengan bahasan GHIBAH. Teman-teman yang berbahagia, Ghibah atau meng-ghibah sangat erat hubungannya dengan remaja zaman sekarang . Yang lebih khususnya lagi, para remaja muslimah. Pintar sekali syetan menggoda remaja yang pemikirannya masih labil, yang masih mencari jati diri mereka sebenarnya. Gosip itu syetan selipkan secara semu pa

PESAN GURU SAYA :KALAU MINUM KOPI JANGAN LUPA AL-FATIHAH (berikut cara amalkannya)

Assalamualaikum ikhwanul muslimin       Alhamdulillah saya ingin membagikan cara kita beramal semoga segala amalan kita mendapat berkahnya saya ingat pesan guru saya  bagaimana cara minum kopi agar mendapat pahala sekaligus berkahnya berikut adalah pesan beliau : Hidup ini tidak terlepas dari pada dua hal,makanan dan minuman,karena manusia pada kebiasaannya tidak akan bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum,tetapi tidak semua orang seleranya itu sama, ada yang suka juga ada yang tidak,Namun diantara banyaknya berbagai macam minuman ada satu minuman yang lebih banyak diminati oleh semua pihak yaitu kopi lebih-lebih lagi di nanggroe aceh ,karena manyoritas orang aceh pada kebiasaannya mengkonsumsi minuman tersebut,,tetapi untuk tetap berpahala di saat minum kopi biasailah untuk mengamalkan amalan seperti dibawah ini: (Pembacaan Al-Fatihah Saat Minum Kopi) ======================================= ﺗﺮﺗﻴﺐ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻟﺸﺮﺏ ﺍﻟﻘﻬﻮﺓ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ، ﻟﻤﺸﺎﻳﺦ ﺍﻟﻘﻬﻮﺓ ﺍﻟﺒﻨﻴﺔ ، ﻭﻣﻦ ﺷﺮﺑﻬﺎ ﺑﻨﻴﺔ ، ﻣﻦ ﺻﺎﻟﺤﻲ